Wonogiri _ Sebanyak 24 Mahasiswa yang mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di MTsN 5 Wonogiri yang berasal dari IIM Surakarta mengikuti acara penarikan, Rabu siang (09/10) di Aula setempat turut hadir Ketua STAIMUS Surakarta dan para pembimbing, Kepala MTsN 5 Wonogiri.
Dalam sambutannya Kasi Pendidikan Madrasah Kankemenag Wonogiri, H. Fauzi Rohman Jauhari menyampaikan bahwa PPL merupakan salah satu kegiatan yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebelum mereka lulus dari perguruan tinggi. “PPL adalah kegiatan praktik sebelum mahasiswa benar-benar terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Banyak hal yang bisa dipelajari oleh mahasiswa selama mengikuti PPL” Jelas Fauzi
Banyak manfaat bisa diambil dari kegiatan PPL ini, baik bagi mahasiswa maupun madrasah. Mahasiswa semakin mengerti tentang pelaksaan bimbingan koseling di sekolah/ madrasah, sedangkan madrasah menjadi terbantu dalam pelaksanaan programnya. Sebuah kerja sama yang saling menguntungkan, simbiosis mutualisma, istilah biologinya.
Kemudian kepada para mahasiswa yang telah melaksanakan PPL ia berharap agar mereka menjadi guru professional, sebagaimana fakultas dan jurusan yang dipilih. “tirulah bapak ibu guru yang selama ini mendampingi kalian,”katannya.
“Jadikan pengalaman selama praktek di MTsN 5 Wonogiri sebagai entry point untuk meningkatkan kapasitas keilmuan mengajar, sehingga kedepan kemampuan dan keahlian sebagai guru semakin baik dan meningkat” papar Ka. Kankemenag
Menurut H. Fauzi kedepan tantangan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 sangat ketat. Sehingga sangat diperlukan revolusi dalam pembelajaran, seorang pendidik / guru harus kuat karakterrnya mampu mengembangktan kreativitas dan daya inovasinya.
Di hadapan para mahasiswa PPL beliau kembali menegaskan bahwa pembelajaran bukan hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi lebih daripada itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar agar anak mampu belajar secara optimal dan anak menjadi seorang pembelajar. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Karena lingkungan zaman industri 4.0 ini sumber belajar sudah ada dimana-mana.
“Era Revolusi Industri 4.0 membutuhkan revolusi pembelajaran untuk menghadapinya. Revolusi pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan 5 fase-fase pembelajaran kepada siswa,” pungkasnya. (Mursyid_Heri)