Wonogiri (Humas) – Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri menyampaikan komitmennya dalam mendukung penuh Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah melalui kegiatan Rapat Koordinasi dan Penilaian Calon Sekolah Adiwiyata yang digelar bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri. Rakor ini berlangsung di Aula Pertemuan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri, Rabu (16/7/2025).
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri, Hariyadi dalam paparannya menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan Asta Protas Kemenag Berdampak, khususnya dalam aspek penguatan ekoteologi. Konsep ini sejalan dengan Asta Cita Nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka, yaitu membangun kehidupan yang harmonis antara manusia, alam, dan budaya.

“Krisis iklim bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga panggilan spiritual. Di sinilah agama hadir, dengan nilai-nilai pelestarian yang sudah lama tertanam. Islam mengenal konsep khilafah, yakni tanggung jawab manusia sebagai penjaga dan pelestari bumi,” ujar Hariyadi.
Kementerian Agama melihat program Adiwiyata tidak hanya sebagai inisiatif berbasis lingkungan, tetapi juga sebagai media pendidikan karakter dan spiritualitas. Hadis Nabi yang menganjurkan umat Islam untuk tetap menanam meskipun kiamat akan tiba menjadi dasar penguatan nilai sedekah ekologi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala DLH Kabupaten Wonogiri, Bahari, menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting sebagai upaya memperkuat karakter siswa dan warga sekolah. Ia juga menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor agar gerakan peduli lingkungan ini benar-benar terintegrasi dan berjalan berkelanjutan.
“Program ini tidak bisa jalan sendiri, perlu keterlibatan semua pihak,” tegasnya.

Sementara itu, Hartanto dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri menambahkan bahwa Adiwiyata adalah bagian dari Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah, yang tidak hanya membentuk karakter di lingkungan sekolah, tapi juga berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyebut gerakan ini sangat relevan dengan kondisi darurat sampah yang dihadapi saat ini.
Melalui Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah, setiap satuan pendidikan termasuk madrasah didorong tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang pembentukan karakter, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap alam. Gerakan ini bukan semata upaya penghijauan, melainkan bagian dari pembiasaan hidup bersih, sehat, dan berkelanjutan.