Wonogiri – Islam di Indonesia tidak identik dengan Islam di belahan dunia lain. Islam masuk ke Indonesia penuh dengan kedamaian, hidup di tengah keragaman. Islam Indonesia bisa menghormati HAM, penuh dengan toleransi, yang kita kenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin.
Ada dua pola negara meletakkan sebuah agama. Pertama, agama oleh negara dijadikan agama yang resmi, negara itu ya negara itu sendiri, beberapa negara menjadikan agama sebagai agama resmi oleh negara itu, seperti negara Iran, Pakistan, Saudi Arabia, Vatikan, dan lain-lain. Lalu, pola kedua, diterapkan negara lain, seperti Negara-negara Eropa, Amerika, yang memisahkan secara jelas agama dan negara. Negara tidak mengurus secara hal ihwal keagamaan yang dianut suatu bangsa.
“Akan tetapi, Negara Indonesia bukan dari keduanya. “Indonesia oleh para pendahulu, meletakkan agama sebagai sesuatu yang khas dalam bingkai NKRI,” paparnya.
“Islam Indonesia adalah Islam yang moderat, tawasul, tasamuh, Islam yang mempunyai ciri khas, yaitu Islam Nusantara,” ujar Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin, ketika melakukan kunjungan kerja dan memberikan ceramah umum dalam rangka peringatan Isro’ Mi’roj dan Hari Jadi Kabupaten Wonogiri ke 275, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Senin (23/5/2016).
Selain itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan bahwa manusia yang hidup di muka bumi ini senantiasa dituntut untuk bermuhafadzoh (menjaga, memelihara, atapun merawat) peninggalan yang baik-baik oleh para pendahulu kita. Tidak hanya cukup sampai di situ, kita juga dituntut untuk berinovasi, melahirkan yang hal-hal baru yang berdampak baik bagi kita semua.
“Kita semua dituntut untuk senantiasa bermuhafadzoh hal-hal yang baik-baik oleh para pendahulu kita, tidak hanya cukup sampai disitu, kita juga dituntut untuk berinovasi, dapat melahirkan hal-hal yang baru yang berdampak baik bagi sesama manusia”. Kata Menag.
Kaitannya dalam hal ini, lanjut Menag, bentuk syukur setiap manusia itu adalah senantiasa memegangi ajaran ini, tidak hanya memelihara, namun mengembangkan warisan yang sudah ada.
“Kita disatukan dengan satu semangat yang sama, artinya , nilai agama menjadi acuan kita dalam mewujudkan kesejahteraan bersama,” imbuh Menag.
Dikatakan Menag, saat ini, kehidupan sudah berada pada wilayah yang tanpa batas, hidup dalam wilayah yang mengglobal atau mendunia. Akan hal ini, melalui media sosial, banyak juga faham yang masuk ke Indonesia tidak sesuai dengan jati diri keindonesiaan, hingga lalu menyebabkan faham agama bisa menjadi faktor disintegrasi bangsa, bisa memecahkan keutuhan kita sebagai bangsa.
Sebelumnya, Bupati Wonogiri Joko Sutopo dalam sambutannya, menyampaikan apresiasinya atas kunjungan Menag Lukman ke Wonogiri.
Bupati mengajak masyarakat untuk melakukan refleksi terhadap perjalan bangsa ini. Selama 18 tahun, kita berada di zaman reformasi dan erta globalisasi yang tidak seluruhnya mendatangkan hal positif. Menurutnya, saat ini banyak sekali kondisi yang menciderai kebudayaan kita, mencederai semangat kerukunan kita. “Inilah kendala problematik bangsa saat ini,” ujar Joko.
Selanjutnya, Joko berharap, Pemda Wonogiri bisa bekerjasama dengan Kemenag dalam bidang keagamaan, bidang pendidikan, dan bidang lainnya. Dalam pandangannya, keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama di Wonogiri (FKUB) cukup memberikan kontribusi yang luar biasa bagi Kabupaten Wonogiri dalam membina kerukunan dengan baik.(Mursyid_Heri) -@gs-