Wonogiri – Ratusan umat Hindu warga dari Bali berbaur dengan umat Hindu Wonogiri melakukan Piodalan atau Tegak Odalan yaitu peringatan ulang tahun pura (kahyangan). Menandai genap empat tahun, rabu kemarin digelar ritual odalan Pura Puncak Jagad Spiritual Gunungsewu di kompleks Museum Kars Dunia Indonesia (MKDI) Dusun Mudal Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.
Mereka ramai-ramai mendatangi ritual odalan di pura yang terletak 45 kilometer arah barat daya ibu kota Kabupaten Wonogiri. Ritual odalan kali ini, digelar sederhana, tanpa dimeriahkan dengan tari Bali sebagaimana tahun-tahun yang lalu.
Pimpinan Parisadha Hindu Kabupaten Wonogiri, Slamet Dwiyono yang sekaligus anggota FKUB Kabupaten Wonogiri di hubungi, Jum’at (22/06) menyampaikan bahwa Piodalan merupakan bagian dari ritual Panca Yadnya, khususnya Dewa Yadnya. Secara umum, piodalan atau odalan, merupakan upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran pura (tempat suci) yang menjadi tempat persembahyangan umat Hindu. Piodalan sering disebut pula sebagai hari peringatan ulang tahun pura.
Untuk menentukan hari Odalan ada dua versi, yakni menurut perhitungan Wuku yang dalam siklus setahun dilakukan dua kali, dan berdasarkan perhitungan sasih (bulan) yang membakukan opdalan setahun hanya sekali.
Dalam ritual piodalan Pura Puncak Jagad Spiritual tersebut, hadir pula umt Hindu Wonogiri pimpinan Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Wonogiri, I Gde Putu Dewa Brata, bersama Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Wonogiri, Slamet Dwiyono, yang juga tokoh pemuka Agama Hindu di Kabupaten Wonogiri.
Menurut Slamet Dwiyono yang juga tokoh spiritual ini, menyatakan, di piodalan tersebut hadir Betara Nawa Sanga, yang mampu memberikan sentuhan untuk menjadikan diri manusia tidak baik menjadi baik. Dalam wejangan spiritualnya, dia menyatakan menjadi sesuatu yang luar biasa bagi orang tua yang ikhlas memberikan kasih sayang bernilai kemanusiaan kepada anak-anaknya. (Mursyid_Heri)